Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyoroti pentingnya kesehatan ibu dan
anak. Sebab mulai 2019, pemerintah akan melakukan pembangunan kesehatan melalui
program peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia.
Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F Moeloek mengatakan, selain peningkatan
kesehatan ibu anak, keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, prioritasnya
pada 2019 antara lain percepatan penurunan stunting. Seperti yang diketahui,
stunting menjadi salah satu kasus yang mengkhawatirkan di tanah air.
Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas), angka stunting menurun
dari 37,2 persen pada 2013 menjadi 30,8 persen pada akhir 2018. Meski demikian,
upaya penurunan terus dilakukan.
“Kita menginginkan anak-anak kita menjadi anak-anak yang cerdas. Kita ini
masih tiga anak di antara 10 menderita stunting,” ujar Nila dalam konferensi
pers di kantor Kemenkes, Jakarta Selatan, Kamis (10/1).
Sementara itu, rekomendasi dari
World Health Organization (WHO) yakni
sebanyak dua anak dari 10 yang menderita stunting. Nila berharap, pihaknya bisa
menekan angka hingga di bawah rekomendasi itu.
“Kalau bisa kita di bawah itu, tidak ada lagi anak yang kekurangan gizi,”
tegas dia.
Pasalnya, kondisi stunting pada anak bukan hanya berdampak pada fisik,
tetapi juga kecerdasan anak. Bahkan, anak stunting juga berpotensi mengalami
penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, diabetes, obesitas, hingga
stroke.
Oleh karena itu, berbagai program pembangunan kesehatan yang mendukung
penurunan stunting, yaitu penguatan gerakan masyarakat hidup sehat (Germas) dan
pengendalian penyakit, peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan, serta
pemantapan penyelenggaraan JKN-KIS.
SOLOK - Kabupaten Solok merupakan salah satu
wilayah di Indonesia yang memiliki angka stunting yang tinggi. Hal ini tentunya
perlu perhatian dari semua pihak, tidak terkecuali para generasi muda Solok
untuk membantu menurunkan angka prevalensi stunting di daerahnya."Dari
hasil pemantauan status gizi yang dilakukan pada Agustus 2018, prevalensi
stunting di Kabupaten Solok sebesar 30,5 persen," ujar Asisten Koordinator
Bidang Ekonomi Pembangunan Kesejahteraan Rakyat (Ekbangkesra) Kabupaten Solok,
Medison, di Solok, Kamis (3/10/2019) lalu.
Angka tersebut setara dengan angka prevalensi
stunting secara nasional. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2018, angka stunting di Indonesia masih sebesar 30,8 persen. Angka ini tentu
masih tinggi dibandingkan dengan ambang batas yang ditetapkan oleh World Health
Organization (WHO) yakni 20 persen.
Oleh karena itu, Pemeritah Kabupaten (Pemkab)
Solok berharap semua pihak diharapkan ikut peduli dan bergerak dalam rangka
penurunan angka prevalensi stunting termasuk remaja.
"Untuk menangani stunting ini tidak bisa
hanya dengan cara penanggulangan, tapi juga perlu dilakukan tindakan
pencegahan. Oleh karena itu, penting untuk para remaja mendapatkan akses
edukasi mengenai gizi seimbang dan kesehatan karena merekalah yang nanti akan
melahirkan generasi berikutnya di masa depan," ujar Medison.
Oleh karena itu, Pemkab Solok menyambut baik
kehadiran forum sosialisasi Generasi Bersih dan Sehat (Genbest) yang diadakan
oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) di Solok, Kamis, 3
Oktober 2019.
"Kami berharap para peserta dapat memahami
pemaparan dari narasumber di Genbest Solok ini dan nantinya bisa menjadi agen
pencegahan stunting di Kabupaten Solok. Mereka bisa menyebarkan informasi ini
kepada keluarga, teman-teman dan lingkungannya," ujar Medison.
Kepala Seksi Produksi Konten dan Diseminasi Info
Kesehatan Direktorat Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan (IKPMK), Kementerian Kominfo, Septa Dewi Anggraeni berharap dengan
adanya Forum Sosialisasi Genbest ini, para remaja Solok juga dapat menjadi agen
komunikasi dalam menyosialisasikan dan mengomunikasikan mengenai pencegahan
stunting kepada teman-teman sebaya mereka baik melalui tatap muka maupun
melalui media sosial.
“Indonesia akan mengalami bonus demografi di
tahun 2030. Bonus demografi ini akan menjadi sia-sia jika generasi mendatang
terkena stunting. Oleh karena itu, stunting harus dicegah sejak remaja dengan
memberikan pemahaman tentang pencegahan stunting dan pola hidup bersih dan
sehat. Hal ini dikarenakan nantinya para remaja inilah yang di masa depan nanti
akan menjadi ibu dan melahirkan generasi selanjutnya yang terbebas dari
stunting,” tutup Septa.