A. Karies
a. Definsi
Karies gigi merupakan penyakit yang terdapat pada
jaringan karies gigi yaitu email, dentin dan sementum yang mengalami proses
kronis regresif. Karies gigi terjadi karena adanya interaksi antara bakteri di
permukaan gigi, plak atau biofilm dan diet, terutama kompenen karbohidrat yang
dapat difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat dan
asetat. Karies ditandai dengan adanya demineralisasi jaringan karies dan
rusaknya bahan organik akibat terjadinya infeksi bakteri kedalam kamar pulpa
dan menyebabkan rahang pada pulpa. Selain itu bakteri juga dapat berkembang ke
jaringan periapeks sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri pada gigi.
b. Etiologi Karies Gigi
Karie gigi merupakan penyakit yang dapat menyerang
seluruh lapisan masyarakat. Etiologi karies bersifat multifaktorial, sehingga memerlukan
faktor-faktor penting seperti host,
agent, mikraarganisme, substrat dan waktu.
Ada yang membedakan faktor etiologi atas faktor penyebab
primer yang langsung mempengeruhi biofilm atau lapisan tipis normal pada
permukaan gigi yang berasal dari saliva dan faktor yang tidak langsung
mempengaruhi biofilm.
a c. Host
Untuk dapat terjadinya proses karies pada gigi diperlukan
adanya faktor host yaitu gigi dan saliva. Struktur dari anatomi
gigi terdiri dari lapisan enamel yang terdapat pada bagian luar gigi dan
lapisan dentin yang terletak dibawah lapisan enemel. Enamel merupakan struktur
gigi yang paling keras namun bersifat rapuh dan memiliki struktur sangat tipis.
Selain itu merupakan jaringan gigi yang padat serta dapat mengalami kalsifikasi
tinggi. Jika enamel pecah atau berlubang tidak dapat melakukan regenerasi
karena tidak memiliki sel.
Kandungan bahan organik dan anorganik enamel dapat mempengaruhi
kerentanan permukaan gigi terhadap terjadinya karies. Apatit dan korbohidrat
mengisi kurang lebih 97% bahan anorganik, apatit berperan terhadap penambahan
Resistensi enamel terhadap serengan asam, sedangkan
karbohidrat dapat menguragi resistensi terhadap serangan asam. 1% lainnya
terdiri dari bahan organik yang tidak dapat larut air yaitu keratin, dan dapat
larut air yaitu mukopolisakarida.
Struktur lapisan enamel pada gigi berperan dalam proses
terjadinya karies. Plak yang mengandung bakteri merupakan awal bagi terbentuk
suatu karies. Oleh karena itu kawasan gigi yang memudahkan pelekat plak sangat
mungkin diserang karies. Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies tersebut
adalah :
a.
Pit dan fisur pada permukan oklusal
molar dan premolar : pit bukal molar dan pit palatal insisif.
b.
Permukaan halus didaerah aproksimal
sedikit dibawah titik kontak.
c.
Email pada tepian didaerah leher gigi
sedikit diatas gingiva.
d.
Permukaan akar yang terbuka, yang
merupakan daerah tempat melekatnya plak pada pasien dengan resesi gingiva
karena penyakit periodontium.
e.
Tepi tumpatan terutama yang kurang atau
mengemper.
f.
Permukaan gigi yang berdekatan dengan
gigi tiruan dan jembatan
Selain
keadaan gigi, saliva juga berperan penting dalam terbentuknya karies. Saliva
tersusun atas komponen organik dan anorganik. Komponen utama anorganik saliva
adalah elektrolit dalam bentuk ion seperti natrium, kalium, kalsium, magnesium,
klorida dan fosfat. Sedangkan komponen organik seperti musin, lipid, asam lemak
dan ureum yang dapat pula berasal dari sisa makanan dan pertukaran zat
bakterial.
Komponen
ion kalsium fosfat dan fluor yang terkandung dalam saliva mampu memineralisasi
karies yang masih dini. Selain PH karena itu, aliran saliva yang berkurang
dapat menyebabkan karies gigi yang tidak terkendali. Komponen-kompone tersebut
dipengaruhi oleh derajat hindrasi, posis tubuh, paparan cahaya, irama
siang-malam, obat, usia, efek psikis, hormonal dan jenis kelamin.
d.
Agent
Faktor agent
dipengaruhi oleh jumlah bakteri dan plak dalam rongga mulut. Plak gigi berperan
penting dalam proses terjadinya karies. Plak merupakan lapisan lunak yang
melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan, terdiri dari kumpulan
mikroorganisme beserta produk-produknya. Proses pembentukan plak diawali dengan
absorbsi glikoprotein dari saliva pada permukaan gigi yang disebut pelikel,
perlekatan bakteri pada pelikel dan peningkatan plak pada permukaan gigi
dipengaruhi oleh jumlah bakteri.14
Streptococcus
mutans dan lactobacillus merupakan kuman kariogenik karena dapat
dengan cepat membuat asam dari karbohidrat yang diragikan. Kuman-kuman tersebut
tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi.
Penebalan plak yang semakin menumpuk dapat menghambat fungsi saliva dalam
menetralkan pH. Penumpukan plak akan mendorong jumlah perlekaan bakteri yang
semakin banyak. Bakteri-bakteri ini banyak memproduksi asam dengan tersedianya
karbohidrat yang mudah meragi seperti sukrosa dan glukosa, menyebabkan pH plak
akan menurun sampai 12
dibawah 5 dalam waktu
1-3 menit. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan
mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi dan dimulai proses karies
c.
e. Substrat
Faktor
substrat dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan
dan kolonisasi mikroorganisme pada permukaan enamel. Karbohidrat memiliki peran
penting dalam pembuatan asam bagi bakteri dan sintesa polisakarida ekstra sel.
Sintesa polisakharida ekstra sel dari sukrosa lebih cepat daripada glukosa, fruktosa,
dan laktosa. Oleh karena itu, sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik.
Karena sukrosa merupakan gula yang paling banyak dikosumsi. Makanan dan minuman
yang mengandung gula dapat menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada level
yang dapat mengakibatkan demineralisasi pada email. Konsumsi gula yang sering
dan berulang-ulang akan tetap menahan pH plak di bawah normal dan menyebabkan
demineralisasi email terus terjadi
f. Waktu
Secara
umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang
dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies
untuk berkembang menjadi suatu kavitecukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.
B. Faktor Risiko Karies
Karies merupakan peyakit
multifaktorial, Untuk dapat terjadinya karies harus didapatkan berbagai macam
faktor resiko. Faktor resiko adalah berbagai aspek atau karakteristik dasar
dari studi populasi yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya suatu penyakit.
Adanya hubungan sebab akibat antara faktor resiko dengan terjadinya karies
penting sebagai proses identifikasi dan menilai perkembangan lesi awal karies.4
1. Pengalaman karies
Menurut penelitian
epidemiologis, pengalaman karies berhubungan terhadap perkembangan karies
dimasa mendatang. Sensitifitas parameter ini hampir mencapai 60%. Tingginya
skor pengalaman karies pada gigi desidui dapat memprediksi terjadinya karies
pada gigi permanennya.4
2. Umur
Pada
studi epidemiologis terdapat suatu peningkatan prevalensi karies sejalan dengan
bertambahnya umur. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies
karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi. Anak-anak mempunyai
risiko karies yang paling tinggi ketika gigi mereka baru erupsi sedangkan
orangtua lebih berisiko terhadap terjadinya karies akar. Dalam penelitiannya
Tarigan membuat faktor umur menjadi 3 fase4, yaitu:
a. Periode gigi
campuran, disini Molar 1 paling sering terkena karies.
b. Periode
pubertas (remaja) umur antara 14- 20 tahun. Pada masa ini terjadi perubahan
hormonal yang dapat menimbulkan pembengkakan gusi, sehingga kurang terjaganya
kebersihan mulut dan dapat meningkatkan prosentase karies.
c. Umur antara
40-50 tahun.
Pada
umur ini sudah terjadi retraksi atau menurunnya gusi dan papil sehingga,
sisa-sisa makanan sering lebih sukar dibersihkan.
3.Anamnesa
1. Keluhan
utama
Pasien datang dengan keluhan gigi
belakang kanan atas berlebihan, akan tetapi tidak terasa sakit.
2. Pemeriksaan
objektif
Pada tanggal 18 oktober seorang
pasien bernama minhar yang berumur 42 tahun
jenis kelamin laki-laki datang ke poli gigi di puskesmas kemaraya,
dengan keluhan gigi kanan atas berlebihan akan tetapi tidak terasa sakit.
4. Jenis Kelamin
Nilai
DMFT wanita masa kanak kanak dan remaja lebih tinggi dibandingkan pria.
Walaupun demikian, komponen gigi yang hilang (M, missing) lebih sedikit
daripada pria umumnya karena oral higiene wanita lebih baik. Sebaliknya, pria
mempunyai komponen tumpatan pada gigi (F, filling) yang lebih banyak dalam
indeks DMFT
5. Sosial Ekonomi
Ada
hubungan antara keadan ekonomi dan prevalensi karies. Faktor yang mempengaruhi
perbedaan ini ialah pendidikan dan penghasilan yang berhubungan dengan diet,
kebiasaan merawat gigi dan lain-lain. Hubungan antara status sosial ekonomi
berbanding terbalik, peningkatan status sosial ekonomi merupakan faktor resiko
terjadinya karies gigi dan scara umum diukur dari indikator seperti pendapatan,
tingkat pendidikan, pola hidup dan prilaku kesehatan gigi. Karies lebih sering
terjadi pada kelas sosial ekonomi rendah dibandingkan dengan kelas sosial ekonomi
tinggi. Sebenarnya hal ini terjadi bukan karena mahalnya biaya perawatan gigi,
tetapi lebih karena besarnya rasa kebutuhan terhadap kesehatan gigi
6. Oral Higiene
Salah satu
komponen dalam terjadinya karies adalah plak bakteri pada gigi. Karies dapat dikurangi
dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan gigi.
Pembersihan dengan menggunakan pasta gigi mengandung fluoride secara
rutin dapat mencegah karies. Pemeriksaan gigi yang teratur dapat mendeteksi
gigi yang berpotensi menjadi karies. Kontrol plak yang teratur dan pembersihan
gigi dapat membantu mengurangi insidens karies gigi. Bila plaknya sedikit, maka
pembentukan asam akan berkurang dan karies tidak dapat terjadi.
7. Pola Makan
Pengaruh pola
makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal daripada sistemik,
terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Kadar kariogenik dalam
makanan tergantung pada komponen-kompnennya dan dipengaruhi berbagai macam
faktor. Karbohidrat akan dimetabolisme oleh bakteri plak menjadi asam dengan
kadar yang berbeda. Seseorang dengan kebiasaan diet gula terutama sukrosa
cenderung mengalami kerusakan pada giginya dibandingkan kebiasaan diet lemak
dan protein. Setiap kali seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang
mengandung karbohidrat yang dapat diragikan, maka beberapa bakteri penyebab
karies di rongga mulut akan memulai memproduksi asam sehingga terjadi
demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Diantara
periode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses
remineralisasi. Tetapi apabila makanan dan minuman berkarbonat terlalu sering
dikonsumsi, maka enamel gigi tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan
remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies.
Konsistensi dari makanan juga mempengaruhi
kecepatan pembentukan plak. Makanan lunak yang tidak memerlukan pengunyahan
hanya memiliki sedikit efek membersihkan gigi geligi atau bahkan tidak sama
sekali, sedamgkan jenis makanan yang mudah melekat ke gigi seperti coklat dan
permen, memudahkan kemungkinan terjadinya karies karena lamanya retensi makanan
terhadap gigi.
Gula bukan hanya terdapat pada
makanan, tetapi juga terdapat pada minuman. Minuman yang mengandung gula
seperti jus, minuman soda berpotensi menyebabkan demineralisasi enamel karena
nilai pH yang rendah mempengaruhi perkembangan bakteri di rongga mulut.
Beberapa jenis diet yang dapat
mempengaruhi naik dan turunnya pH rongga mulut yaitu:
a. Diet kariogenik yaitu, makanan dan
minuman yang mengandung karbohidrat yang diragian dan dapat menyebabkan
penuurunan pH plak Seperti kopi, teh manis, coklat dll)
b. Diet
kariostatik, yaitu makanan yang tidak dapat dimetabolisme oleh bakteri plak dan
tidak menyebabkan penurunan pH plak dibawah. Seperti sarbitol, mannitol dan
xylitol.
c. Diet
antikariogenik, yaitu makanan dan minuman yang dapat menaikan pH plak sehingga
membantu proses remineralisasi. Seperti keju dan kacang-kacangan.
Ketiga diet ini
dipengaruhi oleh jenis makanan, frekuensi konsumsi gula, lamanya retensi
makanan, komposisi dan kemampuan makanan merangsang sekresi saliva. Diet yang
seimbang akan menurunkan resiko karies dan meningkatkan kesehatan umum.
C. Patogenesis
Karies Gigi
Karies gigi
dimulai dengan kerusakan pada email yang dapat berlanjut ke dentin. Untuk dapat
terjadinya suatu proses karies pada gigi dibutuhkan empat faktor utama yang
harus saling berinteraksi yaitu faktor host, aget, substrat dan waktu.
Mekanisme terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak beserta bakteri
penyusunnya. Dalam proses terjadinya kries, mikroorganisme lactobacillus dan
streptococcus mempunyai peranan yang sangan besar. Proses karies dimulai
oleh streptococcus dengan membentuk asam sehingga menghasilkan pH yang
lebih rendah. Penurunan pH tersebut mendorong laktobacillus untuk memproduksi
asam dan menyebabkan terjadinya proses karies.
Streptococcus
memiliki
sifat-sifat tertentu yang memungkinkannya memegang peranan utama dalam proses
karies gigi, yaitu memfermentasi karbohidrat menjadi asam sehingga
mengakibatkan pH turun, membentuk dan menyimpan polisakarida intraseluler dari
berbagai jenis karbohidrat, simpanan ini dapat dipecahkan kembali oleh
mikroorganisme tersebut bila karbohidrat eksogen kurang sehingga dengan
demikian menghasilkan asam terus menerus.
Proses
karies gigi diperkirakan sebagai perubahan dinamik antara tahap demineralisasi
dan remineralisasi. Proses demineralisasi merupakan proses hilangnya sebagian
atau keseluruhan dari kristal enamel. Demineralisasi terjadi karena penurunan
pH oleh bakteri kariogenik selama metabolisme yang menghasilkan asam organik
pada permukaan gigi dan menyebabkan ion kalsium, fosfat dan mineral yang lain
berdifusi keluar enamel membentuk lesi di bawah permukaan. sedangkan proses
demineralisasi adalah proses pengembalian ion-ion kalsium dan fosfat yang
terurai ke luar enamel atau kebalikan reaksi demineralisasi dengan penumpatan
kembali mineral pada lesi dibawah permukaan enamel. Remineralisasi terjadi jika
asam pada plak dinetralkan oleh saliva, sehingga terjadi pembentukan mineral baru
yang dihasilkan oleh saliva seperti kalsium dan fosfat menggantikan mineral
yang telah hilang dibawah permukaan enamel.
Proses
remineralisasi dan demineralisasi terjadi secara bergantian didalam rongga
mulut selama mengkonsumsi makanan dan minuman. Lesi awal karies dapat mengalami
remineralisasi tergantung pada beberapa faktor diantaranya diet, penggunaan
fluor dan keseimbanhan pH saliva. Jika lapisan tipis enamel masih utuh, lesi
awal karies akan mengalami remineralisasi sempurna. Sebaliknya, jika lapisan
enamel rusak maka proses remineralisasi tidak dapat terjadi secara sempurna dan
gigi harus direstorasi. Jika lesi awal karies mengalami demineralisasi
terus-menerus, maka lesi akan berlanjut ke dentin membentuk kavitas yang tidak
dapat kembali normal (irreversibel), tetapi mungkin juga tidak berkembang
(arrested).
D. Klasifikasi Karies Gigi
1) Karies Superfisial / karies permukaan.
Karies ini baru menyerang bagian email sampai perbatasan email dan dentin.
Karies ini kadang- kadang tidak terlihat, tapi bila diraba dengan alat sonde
sudah ada yang menyangkut. Keluhan pasien bervariasi dari tidak merasakan
keluhan apa-apa hingga terasa linu bila ada rangsangan terutama rngsangan
dingin. Pengobatan di dokter gigi lebih mudah dan murah biasanya hanya 1 x
kunjungan pasien sudah ditambal karena lubangnya masih kecil.
Karies ini sudah meliputi dentin kalau tidak tertutup makanan, kita dapat
melihat lubangnya.
Bila tertutup makanan dapat dibersihkan dulu dengan sonde, baru terlihat
lubangnya. Pasien biasanya mengeluh bila kemasukkan makanan sakit/linu apalagi dengan
rangsangan dingin/manis, akan terasa lebih linu lagi. Pengobatannya masih mudah
biasanya 2 x Kunjungan baru ditambal
3) Karies Profunda / Karies Dalam.
Karies ini sudah mencapai dentin yang dalam sampai perbatasan dengan pulpa
atau sampai ke pulpa. Lubang gigi akan terlihat tanpa alat. Bila pulpanya masih
hidup, pasien akan mengeluh sakit senut-senut sampai tidak bisa tidur.
Bila pulpanya sudah mati pasien tidak mengeluh sakit tapi bila dipakai
mengunyah akan terasa sakit karena biasanya jaringan di sekitar akar gigi sudah
terinfeksi. Bila tetap didiamkan lama kelamaan gusi menjadi bengkak dan bernanah.
Pengobatan pada gigi dengan profunda ini lebih sulit dan kunjungannya harus
beberapa kali. Bila sudah bengkak dan bernanah sudah tidak dapat ditolong lagi
sehingga harus dicabut.
4. Tempat-Tempat Yang Rawan Karies
Karies biasa terjadi ditempat-tempat yang sering menyangkut sisa-sisa
makanan. Tempat tersebut antara lain :
- Dicelah-celah antara gigi
- Pada lekuk-lekuk permukaan kunyah gigi geraham
- Pada perbatasan gigi dan gusi.
Menurut G.V.
Black, karies diklasifikasikan menggunakan lokasi spesifik dari lesi karies
yang sering terjadi pada gigi, yaitu:
1. Kelas
I
Karies yang terjadi pada pit dan fissure semua gigi, baik anterior
maupun posterior.
2. Kelas II
Karies yang terjadi pada permukaan aproksimal dari gigi posterior. Kavitas ini
biasa terdapat pada permukaan halus dibawah titik kontak yang sulit
dibersihkan. Bentuk lesi pada kelas ini biasanya berbentuk elips.
3. Kelas III
Karies yang terjadi pada permukaan aproksimal dari gigi anterior. Karies
bisa terjadi pada permukaan mesial atau distal dari incisivus atau kaninus.
Bentuk lesi pada kelas ini biasanya berbentuk bulat dan kecil.
4. Kelas IV
Kelas ini merupakan lanjutan dari karies kelas III. Karies yang meluas ke
incisal sehingga melemahkan sudut incisal edgenya dan dapat menyebabkan fraktur
pada gigi.
5. Kelas V
Karies yang terjadi pada permukaan servikal gigi. Lesi ini bisa terjadi
pada permukaan fasial atau labial, namun lebih dominan terjadi pada permukaan
fasial gigi. Kavitas pada kelas ini bisa mengenai sementum gigi.
6. Kelas VI
Karies yang terjadi pada ujung-ujung cusp gigi posterior dan incisal
edge.
Gambar Klasifikasi
karies menurut G.V. Black
(Sumber: Chaundhary M, Chaundhary
SD. Essentials of ediatric ral pathology. India: Jaypee; 2011,
pp. 70)
6.4
Pengertian penyakit pulpitis
A.Pengertian Pulpitis
Pulpitis
atau inflamasi pulpa dapat akut atau kronis, sebagian atau seluruhnya, dan
pulpa dapat terinfeksi atau steril. Keradangan pulpa dapat terjadi karena
adanya jejas yang dapat menimbulkan iritasi pada jaringan pulpa. Jejas tersebut
dapat berupa kuman beserta produknya yaitu toksin, dan dapat juga karena faktor
fisik dan kimia (tanpa adanya kuman). Namun kebanyakan inflamasi pulpa
disebabkan oleh kuman dan merupakan kelanjutan proses karies, dimana karies ini
proses kerusakannya terhadap gigi dapat bersifat lokal dan agresif. Apabila
lapisan luar gigi atau enamel tertutup oleh sisa makanan, dalam waktu yang lama
maka hal ini merupakan media kuman sehingga terjadi kerusakan di daerah enamel
yang nantinya akan terus berjalan mengenai dentin hingga ke pulpa.
Ada tiga
bentuk pertahanan dalam menanggulangi proses karies yaitu:
- Penurunan permebilitas dentin.
- Pembentukan dentin reparatif.
- Reaksi inflamasi secara respons immunologik.
Apabila
pertahanan tersebut tidak dapat mengatasi, maka terjadilah radang pulpa yang
disebut pulpitis. Radang adalah merupakan reaksi pertahanan tubuh dari pembuluh
darah, syaraf dan cairan sel di jaringan yang mengalami trauma. Pulpitis secara
klinis terdiri dari 2 macam kondisi berdasarkan tingkat pemulihan jaringan pulpa,
yaitu reversibel dan ireversibel. Pulpitis reversibel merupakan pulpitis yang
jaringan pulpanya masih dapat dipertahankan sedangkan pulpitis ireversibel
merupakan pulpitis yang sudah tidak dapat pulih kembali.
a) Pulpitis
Reversibel
Pasien dapat
menunjukan gigi yang sakit dengan tepat. Diagnosis dapat ditegaskan oleh
pemeriksaan visual, taktil, termal, dan pemeriksaan radiograf. Pulpitis
reversibel akut berhasil dirawat dengan prosedur paliatif yaitu aplikasi semen
seng oksida eugenol sebagai tambalan sementara, rasa sakit akan hilat dalam
beberapa hari. Bila sakit tetap bertahan atau menjadi lebih buruk, maka lebih
baik pulpa diekstirpasi. Bila restorasi yang dibuat belum lama mempunyai titik
kontak prematur, memperbaiki kontur yang tinggi ini biasanya akan meringankan
rasa sakit dan memungkinkan pulpa sembuh kembali. Bila keadaan nyeri setelah
preparasi kavitas atau pembersihan kavitas secara kimiawi atau ada kebocoran
restorasi, maka restorasi harus dibongkar dan aplikasi semen seng oksida
eugenol. Perawatan terbaik adalah pencegahan yaitu meletakkan bahan protektif
pulpa dibawah restorasi, hindari kebocoran mikro, kurangi trauma oklusal bila
ada, buat kontur yang baik pada restorasi dan hindari melakukan injuri pada
pulpa dengan panas yang berlebihan sewaktu mempreparasi atau memoles restorasi
amalgam.
b) Pulpitis
Irreversibel
Definisi
irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang persisten, dapat
simtomatik atau asimtomatik yang disebabkan oleh suatu stimulus/jejas, dimana
pertahanan pulpa tidak dapat menanggulangi inflamasi yang terjadi dan pulpa
tidak dapat kembali ke kondisi semula atau normal. Pulpitis irreversibel akut
menunjukkan rasa sakit yang biasanya disebabkan oleh stimulus panas atau
dingin, atau rasa sakit yang timbul secara spontan. Rasa sakit bertahan untuk
beberapa menit sampai berjam-jam, dan tetap ada setelah stimulus/jejas termal
dihilangkan. Pulpitis irreversibel kebanyakan disebabkan oleh kuman yang
berasal dari karies, jadi sudah ada keterlibatan bakterial pulpa melalui
karies, meskipun bisa juga disebabkan oleh faktor fisis, kimia, termal, dan
mekanis. Pulpitis irreversibel bisa juga terjadi dimana merupakan kelanjutan
dari pulpitis reversibel yang tidak dilakukan perawatan dengan baik.
Pada awal
pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu paroksisme
(serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut: perubahan
temperatur yang tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke dalam
kavitas atau pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap
berbaring yang menyebabkan bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa sakit
biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan pergi
secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali dilukiskan
oleh pasien sebagai menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan umumnya adalah
parah. Rasa sakit bisa sebentar-sebentar atau terus-menerus tergantung pada
tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya dengan ada tidaknya
suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien juga merasakan rasa sakit yang
menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke telinga bila bawah belakang
yang terkena.
Secara
mikroskopis pulpa tidak perlu terbuka, tetapi pada umunya terdapat pembukaan
sedikit, atau kalau tidak pulpa ditutup oleh suatu lapisan karies lunak seperti
kulit. Bila tidak ada jalan keluar, baik karena masuknya makanan ke dalam
pembukaan kecil pada dentin, rasa sakit dapat sangat hebat, dan biasanya tidak
tertahankan walaupun dengan segala analgesik. Setelah pembukaan atau drainase
pulpa, rasa sakit dapat menjadi ringan atau hilang sama sekali. Rasa sakit
dapat kembali bila makanan masuk ke dalam kavitas atau masuk di bawah tumpatan
yang bocor.
Pulpitis
ireversibel merupakan suatu infeksi jaringan pulpa yang merupakan proses lanjut
dari karies yang bersifat kronis, oleh karena itu pada pemeriksaan
histopatologi tampak adanya respon inflamasi kronis yang dominan. Selain itu
terdapat daerah mikro abses dan daerah nekrotik serta mikroorganisme
bersama-sama dengan limfosit, sel plasma, dan makrofage. pulpitis irefersibel
umumnya disebabkan oleh mikroorganisme dan sistem pertahanan jaringan pulpa
sudah tidak mampu mengatasinya, serta tidak dapat sembuh kembali. Rasa nyeri
pulpitis ireversibel dapat berupa nyeri spontan, nyeri berdenyut, menjalar, dan
menyebabkan penerita tidak dapat tidur sehingga membuat kondisi menjadi lemah
dan akan mengganggu aktifitas penderita.
Cara praktis
untuk mendiagnosa pulpitis irreversibel adalah:
- Anamnesa: ditemukan rasa nyeri spontan yang berkepanjangan serta menyebar.
- Gejala Subyektif: nyeri tajam (panas, dingin), spontan (tanpa ada rangsangan sakit), nyeri lama sampai berjam-jam.
- Gejala Obyektif: karies profunda, kadang-kadang profunda perforasi, perkusi dan tekan kadang-kadang ada keluhan.
- Tes vitalitas: peka pada uji vitalitas dengan dingin, sehingga keadaan gigi dinyatakan vital.
Macam Pulpitis ireversibel
berdasarkan lokasi nyeri terdiri dar 2 macam, yaitu pulpitis irreversibel
terlokalisasi dan pulpitis ireversibel tidak terlokalisi. Pulpitis irreversibli
terlokalisasi lebih mudah dan cepat didiagnosis.
- Tanda dan gejala dari pulpitis ireversibel terlokalisasi antara lain:
- Nyeri yang terus menerus hingga beberapa sampai berjam-jam.
- Nyeri berdenyut atau nyeri yang hebat hingga menganggu aktifitas pasien.
- Nyeri spontan berlangsung sepanjang hari atau ketika malam.
- Nyeri ketika makan makanan yang dingin maupun panas.
D. Perawatan Pulpitis Ireversibel
Dalam
melakukan perawatan pulpitis ireversibel terlokalisasi agar perawataan yang
dilakukan dapat akurat, ada dua faktor yang dapat mempengarui proses perawatan,
antara lain:
- Lokasi gigi yang pulpitis ireversibel (anterior atau posterior).
- Sensasi gigi saat dilakukan perkusi (sensitif atau nyeri).
Terapi: pulpektomi
Pulpektomi
adalah pembuangan seluruh jaringan nekrotik pada ruang pulpa dan saluran akar
diikuti pengisian saluran akar dengan bahan semen yang dapat diresorbsi.
Perawatan terdiri dari pengambilan seluruh pulpa, atau pulpektomi, dan
penumpatan suatu medikamen intrakanal sebagai desinfektan atau obtuden
(meringankan rasa sakit) misalnya kresatin, eugenol, atau formokresol. Pada
gigi posterior, dimana waktu merupakan suatu faktor, maka pengambilan pulpa
koronal atau pulpektomi dan penempatan formokresol atau dressing yang serupa di
atas pulpa radikuler harus dilakukan sebagai suatu prosedur darurat.
Pengambilan secara bedah harus dipertimbangkan bila gigi tidak dapat
direstorasi. Prognosa gigi adalah baik apabila pulpa diambil kemudian dilakukan
terapi endodontik dan restorasi yang tepat.
a.
Gejala
penyakit
Tidak semua nyeri gigi disebabkan karena kavitasi. Sakit gigi dapat terjadi karena:
- akar tercemar, tetapi tidak membusuk
- terlalu kuat mengunyah
- gigi patah.
Penyumbatan sinus bisa menyebabkan gigi atas menjadi peka. Biasanya, suatu kavitasi di dalam enamel tidak menyebabkan sakit; nyeri baru timbul jika pembusukan sudah mencapai dentin. Nyeri yang dirasakan jika meminum minuman dingin atau makan permen menunjukkan bahwa pulpa masih sehat. Jika pengobatan dilakukan pada stadium ini, maka gigi bisa diselamatkan dan tampaknya tidak akan timbul nyeri maupun kesulitan menelan.
Suatu kavitasi yang timbul di dekat atau telah mencapai pulpa menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Nyeri tetap ada walaupun perangsangnya dihilangkan (contohnya air dingin ). Bahkan gigi terasa sakit meskipun tidak ada perangsangan (sakit gigi spontan).
Jika bakteri masuk ke dalam pulpa dan pulpa mati, maka untuk sementara waktu nyeri akan hilang. Tetapi tidak lama kemudian (beberapa jam sampai beberapa hari) jika dipakai untuk menggigit atau jika lidah maupun jari tangan menekan gigi yang terkena, maka gigi menjadi peka karena peradangan dan infeksi telah menyebar keluar dari ujung akar dan menyebabkan abses (penumpukan nanah). Nanah yang terkumpul di sekitar gigi cenderung akan mendorong gigi keluar dari kantongnya.
Proses menggigit akan mengembalikan gigi ke tempatnya, disertai nyeri yang luar biasa. Nanah bisa terus terkumpul dan menyebabkan pembengkakan pada gusi di dekatnya atau bisa menyebar lebih jauh melalui rahang (selulitis) dan mengalir ke dalam mulut atau bahkan menembus kulit di dekat rahang.
Tidak semua nyeri gigi disebabkan karena kavitasi. Sakit gigi dapat terjadi karena:
- akar tercemar, tetapi tidak membusuk
- terlalu kuat mengunyah
- gigi patah.
Penyumbatan sinus bisa menyebabkan gigi atas menjadi peka. Biasanya, suatu kavitasi di dalam enamel tidak menyebabkan sakit; nyeri baru timbul jika pembusukan sudah mencapai dentin. Nyeri yang dirasakan jika meminum minuman dingin atau makan permen menunjukkan bahwa pulpa masih sehat. Jika pengobatan dilakukan pada stadium ini, maka gigi bisa diselamatkan dan tampaknya tidak akan timbul nyeri maupun kesulitan menelan.
Suatu kavitasi yang timbul di dekat atau telah mencapai pulpa menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Nyeri tetap ada walaupun perangsangnya dihilangkan (contohnya air dingin ). Bahkan gigi terasa sakit meskipun tidak ada perangsangan (sakit gigi spontan).
Jika bakteri masuk ke dalam pulpa dan pulpa mati, maka untuk sementara waktu nyeri akan hilang. Tetapi tidak lama kemudian (beberapa jam sampai beberapa hari) jika dipakai untuk menggigit atau jika lidah maupun jari tangan menekan gigi yang terkena, maka gigi menjadi peka karena peradangan dan infeksi telah menyebar keluar dari ujung akar dan menyebabkan abses (penumpukan nanah). Nanah yang terkumpul di sekitar gigi cenderung akan mendorong gigi keluar dari kantongnya.
Proses menggigit akan mengembalikan gigi ke tempatnya, disertai nyeri yang luar biasa. Nanah bisa terus terkumpul dan menyebabkan pembengkakan pada gusi di dekatnya atau bisa menyebar lebih jauh melalui rahang (selulitis) dan mengalir ke dalam mulut atau bahkan menembus kulit di dekat rahang.
b.
PENGOBATAN
Jika pembusukan berhenti sebelum mencapai dentin, maka email bisa membaik dengan sendirinya dan bintik putih di gigi akan menghilang. Jika pembusukan telah mencapai dentin, maka bagian gigi yang membusuk harus diangkat dan diganti dengan tambalan (restorasi). Mengobati pembusukan pada stadium dini bisa membantu mempertahankan kekuatan gigi dan memperkecil kemungkinan terjadinya kerusakan pulpa.
Penambalan
Tambalan terbuat dari berbagai bahan dan dimasukkan ke dalam gigi atau di sekitarnya. Perak amalgam merupakan tambalan yang paling banyak digunakan untuk gigi belakang, karena sangat kuat dan warnanya tidak terlihat dari luar. Perak amalgam relatif tidak mahal dan bertahan sampai 14 tahun. Tambalan emas lebih mahal, tetapi lebih kuat dan bisa digunakan pada karies yang sangat besar.
Campuran damar dan porselin digunakan untuk gigi depan, karena warnanya mendekati warna gigi, sehingga tidak terlalu tampak dari luar. Bahan ini lebih mahal daripada perak amalgam dan tidak tahan lama, terutama pada gigi belakang yang digunakan untuk mengunyah.
Jika pembusukan berhenti sebelum mencapai dentin, maka email bisa membaik dengan sendirinya dan bintik putih di gigi akan menghilang. Jika pembusukan telah mencapai dentin, maka bagian gigi yang membusuk harus diangkat dan diganti dengan tambalan (restorasi). Mengobati pembusukan pada stadium dini bisa membantu mempertahankan kekuatan gigi dan memperkecil kemungkinan terjadinya kerusakan pulpa.
Penambalan
Tambalan terbuat dari berbagai bahan dan dimasukkan ke dalam gigi atau di sekitarnya. Perak amalgam merupakan tambalan yang paling banyak digunakan untuk gigi belakang, karena sangat kuat dan warnanya tidak terlihat dari luar. Perak amalgam relatif tidak mahal dan bertahan sampai 14 tahun. Tambalan emas lebih mahal, tetapi lebih kuat dan bisa digunakan pada karies yang sangat besar.
Campuran damar dan porselin digunakan untuk gigi depan, karena warnanya mendekati warna gigi, sehingga tidak terlalu tampak dari luar. Bahan ini lebih mahal daripada perak amalgam dan tidak tahan lama, terutama pada gigi belakang yang digunakan untuk mengunyah.
Kaca ionomer merupakan tambalan dengan warna
yang sama dengan gigi. Bahan ini diformulasikan untuk melepaskan fluor, yang
memberi keuntungan lebih pada orang-orang yang cenderung mengalami pembusukan
pada garis gusi. Kaca ionomer juga digunakan untuk menggantikan daerah yang
rusak karena penggosokan gigi yang berlebihan.
Pengobatan saluran akar dan pencabutan gigi
Jika pembusukan menyebar sampai ke pulpa, satu-satunya cara untuk menghilangkan nyeri adalah mengangkat pulpa melalui saluran akar (endodontik) atau mencabut gigi. Gigi belakang yang telah menjalani pengobatan saluran akar sebaiknya dilindungi oleh sebuah mahkota, yang akanmenggantikan keseluruhan permukaan untuk mengunyah. Metoda restorasi untuk gigi depan yang telah menjalani pengobatan saluran akar tergantung kepada jumlah gigi yang tersisa.
Kadang timbul demam, sakit kepala dan pembengkakan rahang, dasar mulut atau tenggorokan, dalam waktu 1-2 minggu setelah pengobatan saluran akar. Jika gigi dicabut, harus segera diganti. Jika tidak, gigi di sebelahnya posisinya akan berubah dan mengganggu proses menggigit.
Pengobatan saluran akar dan pencabutan gigi
Jika pembusukan menyebar sampai ke pulpa, satu-satunya cara untuk menghilangkan nyeri adalah mengangkat pulpa melalui saluran akar (endodontik) atau mencabut gigi. Gigi belakang yang telah menjalani pengobatan saluran akar sebaiknya dilindungi oleh sebuah mahkota, yang akanmenggantikan keseluruhan permukaan untuk mengunyah. Metoda restorasi untuk gigi depan yang telah menjalani pengobatan saluran akar tergantung kepada jumlah gigi yang tersisa.
Kadang timbul demam, sakit kepala dan pembengkakan rahang, dasar mulut atau tenggorokan, dalam waktu 1-2 minggu setelah pengobatan saluran akar. Jika gigi dicabut, harus segera diganti. Jika tidak, gigi di sebelahnya posisinya akan berubah dan mengganggu proses menggigit.
a. PENCEGAHAN
Pemeriksaan gigi sebaiknya dilakukan setiap 6 bulan. Rontgen gigi bisa dilakukan setiap 12-36 bulan, tergantung kepada hasil pemeriksaan gigi oleh dokter gigi. Lima strategi umum yang merupakan kunci dalam mencegah terjadinya karies gigi:
1. Menjaga kebersihan mulut.
Kebersihan mulut yang baik mencakup gosok gigi sebelum atau setelah sarapan dan sebelum tidur di malam hari serta membersihkan plak dengan benang gigi (flossing) setiap hari. Hal ini sangat efektif dalam mencegah terjadinya pembusukan permukaan yang licin.
Menggosok gigi mencegah terbentuknya karies di pinggir gigi dan flossing dilakukan di sela-sela gigi yang tidak dapat dicapai oleh sikat gigi. Menggosok gigi yang baik memerlukan waktu selama 3 menit. Pada awalnya plak agak lunak dan bisa diangkat dengan sikat gigi yang berbulu halus dan benang gigi minimal setiap 24 jam. Jika plak sudah mengeras maka akan sulit untuk membersihkannya.
2. Makanan.
Semua karbohidrat bisa menyebabkan pembusukan gigi, tetapi yang paling jahat adalah gula. Semua gula sederhana, termasuk gula meja (sukrosa), gula di dalam madu (levulosa dan dekstrosa), buah-buahan (fruktosa) dan susu (laktosa) memiliki efek yang sama terhadap gigi. Jika gula bergabung dengan plak, maka dalam waktu sekitar 20 menit, bakteri Streptococcus mutans di dalam plak akan menghasilkan asam. Jumlah gula yang dimakan tidak masalah, yang memegang peran penting adalah lamanya gula berada di dalam gigi
Pemeriksaan gigi sebaiknya dilakukan setiap 6 bulan. Rontgen gigi bisa dilakukan setiap 12-36 bulan, tergantung kepada hasil pemeriksaan gigi oleh dokter gigi. Lima strategi umum yang merupakan kunci dalam mencegah terjadinya karies gigi:
1. Menjaga kebersihan mulut.
Kebersihan mulut yang baik mencakup gosok gigi sebelum atau setelah sarapan dan sebelum tidur di malam hari serta membersihkan plak dengan benang gigi (flossing) setiap hari. Hal ini sangat efektif dalam mencegah terjadinya pembusukan permukaan yang licin.
Menggosok gigi mencegah terbentuknya karies di pinggir gigi dan flossing dilakukan di sela-sela gigi yang tidak dapat dicapai oleh sikat gigi. Menggosok gigi yang baik memerlukan waktu selama 3 menit. Pada awalnya plak agak lunak dan bisa diangkat dengan sikat gigi yang berbulu halus dan benang gigi minimal setiap 24 jam. Jika plak sudah mengeras maka akan sulit untuk membersihkannya.
2. Makanan.
Semua karbohidrat bisa menyebabkan pembusukan gigi, tetapi yang paling jahat adalah gula. Semua gula sederhana, termasuk gula meja (sukrosa), gula di dalam madu (levulosa dan dekstrosa), buah-buahan (fruktosa) dan susu (laktosa) memiliki efek yang sama terhadap gigi. Jika gula bergabung dengan plak, maka dalam waktu sekitar 20 menit, bakteri Streptococcus mutans di dalam plak akan menghasilkan asam. Jumlah gula yang dimakan tidak masalah, yang memegang peran penting adalah lamanya gula berada di dalam gigi
Orang yang cenderung mengalami karies harus
mengurangi makanan yang manis-manis. Berkumur-kumur setelah memakan makanan
manis akan menghilangkan gula, tetapi cara yang lebih efektif adalah dengan
menggosok gigi. Untuk menghindari terbentuknya karies, sebaiknya meminum
minuman dengan pemanis buatan atau minum teh atau kopi tanpa gula.
3. Fluor.
Fluor menyebabkan gigi, terutama email, tahan terhadap asam yang menyebabkan terbentuknya karies. Sangat efektif mengkonsumsi fluor pada saat gigi sedang tumbuh dan mengeras, yaitu sampai usia 11 tahun. Penambahan fluor pada air adalah cara yang paling efisien untuk memenuhi kebutuhan fluor pada anak-anak. Tetapi jika terlalu banyak mengandung fluor, bisa menyebabkan timbulnya bintik-bintik atau perubahan warna pada gigi.
Jika air yang diminum mengandung sedikit fluor, bisa diberikan obat tetes atau tablet natrium florida. Fluor juga bisa dioleskan langsung oleh dokter gigi pada gigi yang cenderung mengalami pembusukan. Akan lebih baik jika menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor.
4. Penambalan.
Penambalan dapat digunakan untuk melindungi lekukan pada gigi belakang yang sulit dijangkau. Setelah dibersihkan, daerah yang akan ditambal ditutup dengan plastik cair. Setelah cairan plastik mengeras, akan terbentuk penghalang yang efektif, dimana bakteri di dalam lekukan akan berhenti menghasilkan asam karena makanan tidak dapat menjangkau lekukan tersebut.
Sebuah tambalan bertahan cukup lama; sekitar 90% bertahan sampai 1 tahun dan 60% bertahan sampai 10 tahun; tetapi kadang perlu dilakukan perbaikan atau penggantian
3. Fluor.
Fluor menyebabkan gigi, terutama email, tahan terhadap asam yang menyebabkan terbentuknya karies. Sangat efektif mengkonsumsi fluor pada saat gigi sedang tumbuh dan mengeras, yaitu sampai usia 11 tahun. Penambahan fluor pada air adalah cara yang paling efisien untuk memenuhi kebutuhan fluor pada anak-anak. Tetapi jika terlalu banyak mengandung fluor, bisa menyebabkan timbulnya bintik-bintik atau perubahan warna pada gigi.
Jika air yang diminum mengandung sedikit fluor, bisa diberikan obat tetes atau tablet natrium florida. Fluor juga bisa dioleskan langsung oleh dokter gigi pada gigi yang cenderung mengalami pembusukan. Akan lebih baik jika menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor.
4. Penambalan.
Penambalan dapat digunakan untuk melindungi lekukan pada gigi belakang yang sulit dijangkau. Setelah dibersihkan, daerah yang akan ditambal ditutup dengan plastik cair. Setelah cairan plastik mengeras, akan terbentuk penghalang yang efektif, dimana bakteri di dalam lekukan akan berhenti menghasilkan asam karena makanan tidak dapat menjangkau lekukan tersebut.
Sebuah tambalan bertahan cukup lama; sekitar 90% bertahan sampai 1 tahun dan 60% bertahan sampai 10 tahun; tetapi kadang perlu dilakukan perbaikan atau penggantian
1. Terapi
antibakteri.
Beberapa orang memiliki bakteri penyebab pembusukan yang sangat aktif di dalam mulutnya. Orang tua bisa menularkan bakteri ini kepada anaknya melalui ciuman. Bakteri tumbuh di dalam mulut anak setelah gigi pertama tumbuh dan kemudian bisa menyebabkan terjadinya karies. Karena itu kecenderungan bahwa pembusukan gigi terjadi dalam satu keluarga, tidak selalu menunjukkan kebersihan mulut maupun kebiasaan makan yang jelek.
6. Pada orang-orang yang cenderung menderita karies gigi perlu diberikan terapi antibakteri. Setelah daerah yang membusuk dibuang dan semua lubang serta lekukan ditambal, maka diberikan obat kumur yang kuat (klorheksidin) selama beberapa minggu untuk membunuh bakteri di dalam plak yang tersisa. Diharapkan bakteri yang tidak berbahaya akan menggantikan bakteri penyebab karies. Untuk membantu mengendalikan bakteri, bisa digunakan obat kumur fluor setiap hari dan mengunyah permen karet yang mengandung xilitol
Beberapa orang memiliki bakteri penyebab pembusukan yang sangat aktif di dalam mulutnya. Orang tua bisa menularkan bakteri ini kepada anaknya melalui ciuman. Bakteri tumbuh di dalam mulut anak setelah gigi pertama tumbuh dan kemudian bisa menyebabkan terjadinya karies. Karena itu kecenderungan bahwa pembusukan gigi terjadi dalam satu keluarga, tidak selalu menunjukkan kebersihan mulut maupun kebiasaan makan yang jelek.
6. Pada orang-orang yang cenderung menderita karies gigi perlu diberikan terapi antibakteri. Setelah daerah yang membusuk dibuang dan semua lubang serta lekukan ditambal, maka diberikan obat kumur yang kuat (klorheksidin) selama beberapa minggu untuk membunuh bakteri di dalam plak yang tersisa. Diharapkan bakteri yang tidak berbahaya akan menggantikan bakteri penyebab karies. Untuk membantu mengendalikan bakteri, bisa digunakan obat kumur fluor setiap hari dan mengunyah permen karet yang mengandung xilitol
Tidak ada komentar:
Posting Komentar